Hai pembaca Tech in Asia Indonesia!

Di balik kepopuleran ChatGPT, Gemini, dan platform AI generatif lainnya saat ini, kebutuhan akan pusat data atau data center turut meningkat. Salah satu dampaknya adalah emisi karbon juga ikut bertambah. 🥲

Sejumlah pemain data center pun kini mulai memperkenalkan model bisnis ✨ramah lingkungan✨. Solusi yang dikembangkan diklaim bisa mengurangi emisi karbon hingga 44,9 persen per tahun!

Beberapa perusahaan, seperti NeutraDC, sudah mulai memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) seperti panel surya untuk operasional mereka. 🍀

Sayangnya, inisiatif baik tersebut juga masih dihadapkan sejumlah tantangan. Kira-kira apakah tantangan tersebut sebanding dengan peluang pasar yang mungkin diraih? 👀

Baca ulasan selengkapnya dalam suguhan executive brief kami di hari ini.

Selamat membaca! ⬇ ⬇ ⬇


KONTEN EKSKLUSIF

Berseminya pusat data “hijau” di tengah gempuran AI

Pemanfaatan energi di bisnis data center
Ilustrasi pemanfaatan energi di bisnis data center | Sumber: Pexels

Adopsi AI mendorong pertumbuhan industri pusat data di Indonesia, dengan nilai pasar diperkirakan menembus US$4,01 miliar (Rp62,05 triliun) pada 2024 dan diproyeksikan naik menjadi US$11,19 miliar (Rp173,18 triliun) pada 2029 dengan CAGR mencapai 22,7 persen.

Namun, pertumbuhan ini menimbulkan kekhawatiran terkait emisi karbon akibat konsumsi energi yang besar. Konsumsi listrik pusat data global diperkirakan mencapai 460 TWh pada 2022 dan bisa naik hingga 1.050 TWh pada 2026, didorong oleh AI dan mata uang kripto.

Di Indonesia, konsumsi listrik pusat data diproyeksikan mencapai 2,3 GW pada 2030, dengan konsumsi per rak pusat data naik dari 6 KW menjadi 50 KW karena penggunaan AI. Komputasi dan pendinginan menyumbang 80 persen dari total konsumsi energi.

Green data center bersemi

Konsep green data center diterapkan untuk mengurangi emisi karbon hingga 44,9 persen per tahun, dengan fokus pada pengurangan ketergantungan energi fosil yang masih mencapai 87 persen dari konsumsi listrik pusat data. Teknologi AI dan manajemen air ramah lingkungan juga digunakan untuk meningkatkan efisiensi energi.

Beberapa perusahaan, seperti NeutraDC, sudah mulai memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) seperti panel surya untuk operasional mereka. NeutraDC juga berupaya mencapai kapasitas panel surya 2.000 KW dan mengikuti sertifikasi BCA-IMDA Green Mark level Platinum untuk memastikan keberlanjutan.

Penerapan green data center juga mencakup inisiatif ramah lingkungan lain, seperti penggunaan sistem pendingin berbasis rak dan minimisasi dampak lingkungan terhadap komunitas sekitar pusat data.

Biaya investasi besar

Penerapan green data center menghadapi tantangan biaya investasi tinggi dan implementasi yang kompleks, namun manfaatnya mulai terasa dalam 6 hingga 12 bulan. Adam Aditya Nugraha dari Fujitsu Indonesia menyebut bahwa konsep hijau dapat meningkatkan daya saing perusahaan di pasar, terutama karena klien semakin peduli terhadap isu lingkungan.

Penggunaan AI dan machine learning dalam green data center juga dapat mengurangi biaya listrik hingga 10-15 persen per tahun dan mengurangi kesalahan manusia hingga 30 persen. Meskipun harga listrik EBT lebih tinggi, Dody Setiawan dari Ember Climate menyatakan bahwa opsi pembiayaan yang lebih fleksibel memudahkan adopsi energi terbarukan bagi pelaku bisnis pusat data.

Konsep hijau ini tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memperkuat posisi pasar perusahaan dengan meningkatkan daya saing dan reputasi di mata klien yang peduli lingkungan.


TLDR, dari artikel tersebut kamu memetik beberapa hal sebagai berikut:

  • Jika kamu seorang founder:
    • Peningkatan adopsi AI membuka peluang besar untuk mengembangkan pusat data, terutama yang mengedepankan keberlanjutan sehingga mampu bersaing di pasar yang semakin peduli lingkungan.
    • Menerapkan green data center bisa menjadi keunggulan kompetitif dengan meningkatkan efisiensi energi dan menarik lebih banyak klien yang memperhatikan dampak lingkungan.
    • Penting untuk mempertimbangkan investasi awal yang tinggi dan kompleksitas implementasi, tetapi manfaat jangka panjang seperti pengurangan emisi karbon dan biaya energi dapat menurunkan risiko operasional.
  • Jika kamu seorang investor:
    • Pasar pusat data di Indonesia diproyeksikan tumbuh pesat, menciptakan peluang investasi menarik di sektor yang relevan dengan perkembangan AI dan keberlanjutan.
    • Investasi di green data center tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga meningkatkan reputasi perusahaan di mata klien yang semakin peduli terhadap isu lingkungan.
    • Meskipun biaya investasi awal tinggi, penghematan energi dan pengurangan emisi karbon memberikan potensi pengembalian yang baik dalam jangka menengah hingga panjang.

ARTIKEL PREMIUM LAINNYA

Mengapa Indonesia tak jadi pilihan utama investasi AI di Asia Tenggara?

Gambaran besarnya:
Berdasarkan data Tech in Asia, investasi AI dari sejumlah perusahaan teknologi besar di Asia Tenggara telah mencapai US$51,5 miliar (Rp844,23 triliun) sejak tahun 2023.

Kendati demikian, mayoritas investasi tersebut tak mengalir ke Indonesia. Investasi terkait AI ke dalam negeri dari sejumlah raksasa teknologi tercatat senilai US$1,9 miliar (Rp31,14 triliun) atau setara 3,69 persen dari totalnya di seluruh Asia Tenggara.

Malaysia diketahui telah meraih investasi terkait AI sebesar US$25,02 miliar (Rp 410,15 triliun). Ini didapatkan dari AWS, Google, Infineon, Microsoft, Nvidia, dan Vantage Data Centers, dan ByteDance.

Ada pula Singapura yang terpantau meraih investasi sebesar US$16,6 miliar (Rp272,12 triliun) dari AWS dan TSMC. Sementara, investasi terkait AI di Thailand senilai US$7,8 miliar (Rp127,86 triliun) dari AWS, Microsoft, dan Google.

Masalahnya:
Salah satu penyebabnya adalah infrastruktur penyokong AI di Indonesia yang masih minim. Sebagai contoh, baru ada tiga perusahaan terkait produksi cip AI dan komponennya yang beroperasi di Indonesia. Ini jauh berbeda dari Malaysia dengan 12 perusahaan yang telah beroperasi.

Selain infrastruktur penyokong, Peneliti AI dari Universitas Bina Nusantara Gregorius Natanael menilai, Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk penerapan AI. Ini dibuktikan dari tingkat konsentrasi talenta AI di dalam negeri yang baru sebesar 1,06 persen pada 2022, menurut data OECD.

CEO Indonesia AI Muhammad Angga Muttaqien menambahkan, rendahnya investasi terkait AI di Indonesia juga erat kaitannya dengan regulasi yang belum jelas. Pada saat ini, Indonesia masih belum memiliki aturan yang spesifik mengatur AI.

Kenapa ini penting:
Indonesia dinilai perlu mengatasi berbagai persoalan yang ada untuk mendorong investasi AI. Salah satunya dengan menarik minat perusahaan yang memproduksi cip AI dan komponennya untuk beroperasi di dalam negeri.

Para pengamat meminta pemerintah untuk melakukan pengembangan talenta AI secara masif, mulai dari meningkatkan kesadaran masyarakat soal teknologi AI. Selain itu, produk regulasi yang spesifik serta insentif bagi para investor AI diharapkan dapat mendukung upaya ini.

The details:

  • Investasi terkait AI ke Indonesia dari sejumlah raksasa teknologi tercatat senilai US$1,9 miliar (Rp31,14 triliun) atau setara 3,69 persen dari totalnya di seluruh Asia Tenggara.
  • Salah satu penyebabnya adalah infrastruktur penyokong AI di Indonesia yang masih minim.
  • Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk penerapan AI. Ini dibuktikan dari tingkat konsentrasi talenta AI di dalam negeri yang baru sebesar 1,06 persen pada 2022.
  • Rendahnya investasi terkait AI di Indonesia juga erat kaitannya dengan regulasi yang belum jelas. Saat ini, Indonesia masih belum memiliki aturan yang spesifik mengatur AI.

🚨 DATA ALERT 🚨

Peta sebaran pusat data di Indonesia: Kawasan luar Jakarta mulai dilirik

data centre - featured

Dari 68 pusat data (data center) yang beroperasi di Indonesia pada 2023, data Colliers mencatat sebanyak 20 unit di antaranya masih terkonsentrasi di Jakarta. Namun seiring meningkatnya tren hyperscale yang butuh lahan lebih luas, beberapa pemain mulai melirik sejumlah kawasan industri di kota-kota satelit seperti Bekasi, Bogor, hingga Karawang dan Batam.

Simak kumpulan seputar breaking data penting lainnya dalam segmen Data Alert kami di sini.


🧠 BRAINFOOD

Para raksasa media sosial harus berhenti berpura-pura bahwa mereka adalah dewa kutu buku yang baik hati yang sedang membangun dunia yang lebih baik, dan mulai mengakui bahwa mereka hanyalah petani tembakau yang mengenakan kaos, menjual produk adiktif kepada anak-anak. Karena, mari kita jujur saja, memeriksa ‘like‘ di media sosial adalah kebiasaan baru yang setara dengan merokok.

Cal Newport, dalam bukunya yang berjudul Digital Minimalism (2019).


KABAR LAIN

  • Telkom cari mitra strategis untuk perkuat bisnis pusat data
    PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dikabarkan tengah mencari mitra strategis untuk meningkatkan kapasitas pusat data yang dikelolanya. Perusahaan berambisi menguasai 15-20 persen pangsa pasar data center Indonesia pada 2030. Dalam dua tahun terakhir, Telkom Indonesia telah meresmikan pembangunan dua pusat data baru di Cikarang dan Batam.
  • Insiatif baru Qiscus luncurkan layanan AI
    Platform manajemen hubungan pelanggan (customer relationship management/CRM) Qiscus meluncurkan layanan baru bernama Robolabs LLM. Produk tersebut merupakan bagian dari rangkaian ekosistem Qiscus AI, yang menyediakan solusi customer experience (CX) berbasis kecerdasan buatan dalam platformnya.
  • Riset Cushman & Wakefield: US$70 miliar siap diinvestasikan ke Asia Pasifik
    Sekitar US$70 miliar (Rp1,08 kuadriliun) kabarnya siap diinvestasikan ke kawasan Asia-Pasifik pada 2025, dengan fokus pada utang dan aset oportunistis. Meski ekonomi melambat akibat kenaikan suku bunga, pertumbuhan tetap diklaim positif, dan wilayah ini diharapkan pulih dengan stabilisasi investasi serta pemotongan suku bunga yang terukur.​
  • Inisiatif baru Grab tambah 1.000 armada mobil listrik
    Melansir Bisnis, Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan Grab bakal meluncurkan tambahan lebih dari 1.000 unit GrabCar Electric. Agenda itu kabarnya bakal terealisasi sepenuhnya pada akhir 2024. Grab mengeklaim saat ini telah memiliki 10.000 armada GrabCar Electric dan berhasil mengurangi 26.000 ton emisi karbon.

Tech in Asia Indonesia ingin mengetahui insight dan opini kamu. Ayo sampaikan pendapat dan masukanmu via kolom komentar atau email ke ed@techinasia.com.

Kurs US$1 = Rp15.423

(Diedit oleh Mujahid Fidinillah)

RSS
Follow by Email
FbMessenger